Rabu, 01 Januari 2014

Selamat Datang, DuaRibuEmpatBelas :)

Hari ini, semua orang terjaga. Ruas-ruas jalan protokol ibukota dipadati kerumunan orang yang punya satu tujuan; menanti tengah malam. Hari ini, langit hitam itu berubah semarak. Suara letusan kembang api dan tiupan terompet menggema diseisi dunia– diwaktu yang berbeda-beda. Menampilkan harmoni dan keindahan tersendiri di bumi kita.

Wajah-wajah sumringah, senyuman cerah dan tawa renyah terdengar begitu akrab ditelinga. Seperti biasa, konvoi besar-besaran, konser gemerlap dan ratusan acara hiburan digelar semewah-mewahnya. Hitung mundur pergantian tahun layaknya detik-detik mendebarkan yang membuat hati berdecak kagum. Kilauan kembang api warna-warni disambut teriakan terpesona penduduk dunia... bahagia...

Dan akhirnya tahun berganti :) Tahun baru. Hari baru. Harapan baru. Tapi kadang juga tak ada yang baru. Semua masih sama, kerumunan orang yang menghasilkan tumpukan sampah, keindahan kembang api yang berbuah polusi dan burung-burung mati. Ya, memang tak ada gunanya resolusi. Semuanya basi.

Ketika tahun baru dirayakan seluar biasa mungkin, saat pergantian tahun terasa begitu memesona... ternyata semua memang tak ada yang berbeda. Semua masih sama. Kesalahan yang sama, kebobrokan dan pola pikir yang lama.

Aku bukannya tak suka perayaan. Aku bahkan mengagumi kembang api, hingar-bingar gemerlapnya kota Jakarta, hingga lautan manusia yang saling bercengkrama. Tapi tidakkah kita pikirkan keadaan Tuan Langit? Bagaimana dengan perasaan Tuan Awan yang setiap tahunnya 'ditembaki' ledakan? Atau terusiknya bintang-bintang oleh gemuruh yang memekakkan?

Tahun baru, tak akan berarti apa-apa. Hanya membuat bumi marah jika diperingati dengan cara yang salah. Hanya akan mengecewakan pohon jika sekadar buang-buang kalender. Terlebih perasaan Tuan Awan; yang dunianya habis dibombardir 'kembang api' semalam.

Kita; manusia, tidak pernah mau tahu. Betapa letusan yang 'indah' itu menyakiti alam, merusak bumi, bahkan mencemari kehidupan kita sendiri. Wajar saja jika alam berontak, bumi merong-rong terbatuk-batuk penuh amarah.

Bumi kita lagi sekarat! Sementara kita malah sibuk merayakannya....


Jadi, perlukah Malaikat Izrail ikut meniup terompet?
Agar
kemeriahan pesta Tahun Baru kita semakin bergemuruh?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar