Kamis, 23 Juli 2020

Mia in La La Land



Bagaimana seseorang bisa melanjutkan hidup dengan perasaan semacam itu?
Bagaimana dia bisa hidup dengan buih-buih penyesalan yang harus terus menerus ditenggaknya?
Aku tak bisa membayangkan rasanya menjadi dia.
Aku tak akan pernah mau menjadi dia.
Mengapa harus ada cinta, jika kita tak bisa memiliki yang kita cintai?
Mengapa harus ada cerita yang pernah terjadi, jika pada akhirnya kita hidup sendiri-sendiri?

***

Aku tercekat. Tenggorokanku mendadak pahit. Satu hal yang pernah, masih, selalu dan akan terus aku khawatirkan. Aku tak ingin menjadi Mia di La La Land, aku tak mau tersesat, memilih yang salah, lalu kehilangan segalanya. Aku tak mau menyesal seumur hidup karena melewatkan seseorang yang kucintai hingga akhir hayat.

Kisah ini menusuk aku tepat di jantung. Aku bisa merasakan sebuah anak panah mencabik-cabik hatiku saat mereka berusaha saling melempar senyum. Pahit. Kegetiran melingkupi udara. Rasa sesal mengganjal di tenggorokan. Binar air mata yang tertahan di sudut mata seolah mengisyaratkan betapa mereka masih saling mencintai, terpaksa saling mengikhlaskan karena waktu dan kesempatan tak datang dua kali; takkan terulang lagi.

Aku tak bisa membayangkan hidup dengan penyesalan yang terus menggerogoti, mempertanyakan apa yang akan terjadi 'jika' kita tak saling melewatkan, mempersoalkan dan menyalahkan setiap hal yang kupilih dan kulakukan. Aku tak bisa hidup dengan kenangan sebagai sumber tangis. Aku tak ingin menghabiskan sisa hidupku menangis menyesali sesuatu yang tidak, tapi seharusnya aku lakukan.

Mia di La La Land adalah salah satu kisah klasik yang mampu merobek setiap hati yang ragu. Seakan mencemooh dan mencibir mereka yang menyangkal kesedihan dari cinta yang terlewatkan, seketika menarik ingatanku pada sebait puisi yang pernah kubaca dan dengan seenaknya terngiang begitu saja di kepalaku...

***


One day, whether you
are 14,
28
or 65
you will stumble upon
someone who will start
a fire in you that cannot die.
However, the saddest,
most awful truth
you will ever come to find-
is they are not always
with whom we spend our lives.

(Beau Christopher Taplin, The Awful Truth)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar