Kamis, 08 Agustus 2013

Maaf dan Terimakasih

Sebelumnya, kuucapkan Happy Ied Mubarak 1434H untuk kalian semua :) untuk semua sosok yang pernah mengisi keseharianku dalam satu tahun belakangan ini. Entah dengan sengaja, ataupun terpaksa. Untuk Prince Jutek-ku, untuk Sinar Alfa-ku, untuk Sang Makhluk Asteroid, untuk sahabat-sahabat terbaikku Syaa dan untuk semua orang yang dengan sekiranya sudi menganggapku teman.

Aku terkesan. Betapa jangka waktu setahun itu terasa begitu singkat untuk sekadar kucicipi kebahagiaannya, kunikmati lukanya, dan kuresapi setiap jengkal rasa sakitnya. Aku terkesima. Betapa jangka waktu dua belas bulan itu kuhabiskan dengan tertawa dan menangis, dengan ribuan senyuman yang tak terpungkiri didalangi oleh kesederhanaan kalian. Oleh sebaris lelucon aneh yang dulunya berhasil mengubah mood-ku seharian. Entah dengan mantra sihir semanjur apa.

Untuk Prince Jutek-ku...

Hai! Kamu sudah begitu berubah sekarang. Kamu bukan lagi pria pendiam yang (dulu) berhasil membuat hari-hariku berpelangi dengan kemanisannya. Kamu semakin keren. Kamu semakin bertransformasi menjadi menjadi pria lain yang sudah tak lagi kukenali gelagatnya. Pria yang asing.

Aku minta maaf, Prince. Aku selalu berpura-pura tak terjadi apa-apa diantara kita. Aku ketakutan. Permintaan maafmu yang akhirnya kembali membuka semua kisah lama, membuatku percaya bahwa perasaan itu bukan cuma aku yang rasa. Dulu, pernah ada kita. Pernah ada dua insan yang berbagi cerita bersama, dengan perasaan 'lain' yang terus saja dipendam sedalam-dalamnya.

Untuk Sinar Alfa-ku...

Selamat berbahagia! Kamu telah menemukan wanita yang terpilih sebagai masa depanmu. Maaf ya, aku pernah membuatmu sekejap berpaling darinya. Tapi sungguh, jika aku menyadari semuanya sedari awal, aku tak akan tega bahkan hanya untuk sekadar duduk bercengkrama bersamamu. Aku tak akan kuat melihat hati perempuan yang kamu sayangi itu menjadi tercabik-cabik setengah berceceran; seperti yang pernah kurasakan dulu :)

Untuk Sang Makhluk Asteroid...

Aku tidak akan menanyakan kabarmu :p hehe untuk apa? Kamu bahkan masih selalu kulihat, meskipun semua sudah tak lagi sama sekarang. Aku kehilangan lelucon konyolmu, gaya bahasa tua dan kata-kata sok bijakmu, serta janji terakhirmu yang bahkan belum sempat terealisasikan... Yah, aku memang sempat berpikir bahwa semuanya akan berakhir berbeda.  Aku pikir, kita bukan terjebak waktu dan suasana, tapi ternyata... semua memang semu, yah? Segalanya hilang dan aku harus terus berpura-pura tak terjadi apa-apa. Ah, sudahlah :) aku cuma ingin minta maaf atas terganggunya hari-harimu dulu. Maaf atas kehadiranku yang selalu mengacaukan rotasi duniamu yang sudah sempurna. Aku memang sempat kesulitan bersandiwara, tapi setidaknya, ini membantuku menghadapi realita :)

Untuk Sya...

Holaa!!!!!! Langsung rame deh-_- hehehe. Aku tahu, mungkin tulisan ini tak akan terbaca oleh kamu-kamu yang suka unyu-unyu dan aneh sendiri itu. Mungkin bahkan, tulisan ini tidak akan dibaca oleh siapapun :| duh sedihnya.... hehe :| Sya, entah sudah berapa ratus hari kita saling mengenal, bercanda gurau dan asyik meributkan hal-hal sepele yang tak jelas juntrungannya itu... Selama lebih dari dua tahun ini, kita pernah lebih dari sekadar sahabat. Kita pernah jadi saudara, musuh yang saling meledek, bahkan kritikus yang dengan seenaknya berkomentar satu sama lain.

Aku tak begitu peduli kalian menganggapku apa. Teman yang bawel dan menyebalkan, Si Pesek yang sok bijak dan kadang tiba-tiba abnormal, atau entah apapun hal-hal buruk lainnya. Sebelumnya, maaf kalau aku tak bisa selamanya menjadi sahabat yang baik untuk kalian. Aku terlalu kepala batu. Ada kalanya aku mendadak berubah marah, atau malah membuat kalian benci melihat tingkahku yang seenaknya sendiri. Tolong maafkan, Sya. Aku masih kurang pandai menempatkan diri.

Untuk kalian semua yang pernah merasa mengenalku, maaf. Aku pasti berhutang begitu banyak maaf atas semua kecerobohanku selama ini. Entah karena perkataan yang sering menyayat hati... atau malah karena tingkahku yang membuat kalian benci setengah mati. Maaf. Aku tak pernah berkeinginan untuk dibenci oleh siapapun.

Kalian, selain kata maaf yang (aku tahu) tak akan bisa menebus begitu banyak kesalahanku pada kalian, aku juga ingin menyampaikan rasa terimakasihku pada seisi dunia.

Teruntuk Prince Jutek-ku yang sempat kujuluki ayam :p terimakasih telah mengajariku cara insom yang baik, terimakasih telah mengenalkan aku pada Los Blancos yang akhirnya aku cintai seutuhnya. Yah, setidaknya 'kita' memang pernah ada... ;)

Teruntuk Sinar Alfa-ku yang tak bisa hidup tanpa musik... terimakasih telah membuatku tergila-gila pada rubik :) Aku titip salam untuk wanitamu yang calon guru itu, semoga kalian selalu bahagia dan saling mencinta :)


Teruntuk Makhluk Asteroid yang (katanya) tinggal diantara planet Mars dan Jupiter... terimakasih atas petuah bijakmu soal dunia menulis yang kugilai sekarang :) Tetaplah menjadi pria manis yang tak pernah letih menatapi layar laptop hanya untuk mendalami dunia yang kamu cintai; dunia teknologi :)

Teruntuk Sya yang adalah segala-galanya... Terimakasih sudah berusaha menerima aku dalam kehidupan kalian :) Aku tahu kalian pasti begitu susah payah untuk berusaha memahami  jalan pikiran manusia aneh seperti aku ini, tapi diluar semua kekurangan dan kelebihan kita, aku tahu, kita tetap sahabat yang saling mempedulikan ;)

Untuk kalian semua, manusia yang ada diluar sana. Terimakasih karena telah menyemarakkan seisi duniaku selama setahun belakangan ini. Memang, tak ada yang sempurna di dunia ini. Maka oleh karenanya, maaf dan terimakasih dibutuhkan :)

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1934H,
selamat memaafkan! :)


Rabu, 07 Agustus 2013

Dua Bulan Setelah Penghianatanmu

Selamat bertemu lagi, Sinar Alfa :) Waktu berlalu begitu cepat yah? Sudah dua bulan aku menjalani semuanya tanpa sedikitpun rasa kepedulianmu. Ya.... entahlah. Entah kamu masih mengingat wanita bodoh sepertiku atau tidak. Setidaknya, aku masih sanggup untuk berpura-pura tak peduli.
Apa kabar? Kalau aku, aku masih baik-baik saja. Semuanya tak ada yang berubah, hari-hariku masih sama. Sekolah, mengerjakan tugas, ulangan, tertawa dan menangis. Semua masih sama. Namamu bahkan masih sangat sering kudengar disetiap sendi-sendi kehidupanku. Mereka masih saja seringkali menyangkutpautkan aku dan kamu. Mereka masih gemar mencandakan namamu di hadapanku, mengingatkan aku padamu.
Yah bukan sepenuhnya salah mereka, bukannya setahu mereka kita masih bersama? Iya, kebahagiaan kita memang sempat terasa nyata. Dulu. Aku sempat sepenuhnya mempercayai kamu. Mempercayai kita. Dulu. Tapi jika semua memang benar-benar pernah nyata, mengapa ini berakhir layaknya memberhentikan sebuah permainan, Tuan? Berhenti dan selesai. Semudah inikah?
Padahal seingatku kemarin masih sempurna. Aku masih tersenyum bersama kamu disisiku, aku masih tertawa mendengar celotehan manismu tentang hidup. Tentang aku yang terlalu ketakutan saat kamu tunjukkan keadaan calon taruna STPI, tentang kamu yang selalu mencubit gemas hidungku sambil menyerukan 'pesek pesek pesek' ke seluruh dunia. Tentang kita yang tak pernah habis bercerita satu sama lain. Tentang lagu yang kita bagi bersama. Tentang berjam-jam yang pernah kita habiskan dengan canggung dan manis. Semudah inikah terlupakan? Ah aku salut! Aku bahkan tak kuat untuk menahan tangis saat menulis ini. Mengenangmu, menjadi candu.
Ingatkah kamu tentang berjam-jam yang kita habiskan dibawah langit malam itu? Apakah kamu ingat dengan percakapan sederhana kita? Pengalaman hidup yang membuatmu trauma, lembar jawaban ujian sekolahmu yang nyaris robek, listening section-mu yang berantakan, bandmu yang luar biasa menakjubkan, rekaman permainan gitarmu, kecintaanmu pada rubik dan meme comic. Semuanya, aku masih ingat semuanya.
Apa kamu masih ingat dengan beberapa janjimu yang belum sempat terwujud? Apakah kamu masih ingat dengan kata-kata yang pernah aku harapkan akan meluncur dari bibirmu? Tidak? Ah sayang sekali, aku masih ingat.
Kamu tahu? Aku sengaja tidak menonton kelanjutan film 'kita'. Aku hanya mau menontonnya denganmu, disampingmu. Aku sengaja menulis banyak kisah hidupku, untuk terbaca kamu, untuk terbaca kita. Tapi apa? Semua cuma sekadar janji. Cuma sebaris kata-kata yang sudah tak mungkin lagi akan terwujudkan.
Maaf jika tulisanku tak berkenan untuk terbaca kamu, Sinar Alfa. Diksiku mulai berantakan sejak dua bulan lalu. Sejak hatiku mulai retak, hancur berceceran dan sulit kubenahi. Maaf, ini cuma beberapa paragraf usang yang kutulis dengan kenangan yang sudah sangat kadaluarsa. Lagi-lagi, aku masih mengingat kamu.
Terimakasih, Tuan :) Terimakasih atas senyuman yang pernah kamu bagi bersamaku. Terimakasih atas semua kehangatan yang pernah aku rasakan dalam dekapanmu. Aku (tentu saja) akan merindukanmu kelak. Nanti, suatu ketika. Nanti, saat kita sudah sama-sama menggenggam dunia.
Selamat tinggal, Tuan :) semoga saja (setidaknya) kamu pernah mengingatku sesekali.

Tertanda,
dari seseorang yang pernah kamu panggil sayang.
dari seseorang yang pernah menganggapmu dunianya.
Aku :)