Rabu, 15 Mei 2013

Masih Tentang Kamu


Belakangan ini, kumpulan paragrafku semakin membosankan. Isinya cuma kamu. Kamu. 
Kamu lagi, kamu lagi. Iya, kamu
 sang penghianat dengan tipu daya tingkat dewa. Sang pecinta Cules yang bahkan tak berani menatap mata korbannya. Menatapku.
Aku salah. Aku sangat lupa kalau ternyata setiap manusia mempunyai topengnya masing-masing. Aku tak tahu kalau ternyata dibalik sisi terangmu, kamu sama sekali bukan pria manis yang selama ini aku bangga-banggakan. Kamu sama sekali bukan sosok sederhana yang selama ini aku cari-cari.
Kamu tahu apa yang paling aku benci sekarang? Aku benci pertanyaan-pertanyaan konyol mereka tentangmu. Tak bisakah itu ditujukan kepada dia yang ada di sisimu sekarang? Tolong jangan tanyakan kabarnya padaku. Tolong jangan tanyakan aktivitasnya lewat aku. Tolong jangan tanya kemana dia akhir-akhir ini karena kalau boleh jujur sejujur-jujurnya, aku tidak pernah tahu! Aku muak.

Aku semakin ingin menamparmu sekarang. Kenapa? Karena seperti yang pernah kuberitahukan, aku dikhianati. Karena seperti yang pernah aku dengung-dengungkan, kamu penghianatnya. Iya, kamu... aku selalu benci ekspresi pura-pura bodohmu. Ekspresi wajah lugu nan polos dibalik sesosok pembohong kelas dunia bertaraf master. Penipu terlatih.
Sahabatku benar, aku curiga bahwa kamu 'sakit'. Aku curiga bahwa kamu punya kecenderungan menyakiti dan tanpa rasa bersalah. Kamu terlalu mudah merancang permainan, mengambil rencana dan memporak-porandakan hati wanita itu satu persatu-- termasuk aku. Aku sangat menyesalkan jika sosok semanis kamu ternyata benar-benar 'tak waras'. Aku sangat bersimpati jika sosok semenakjubkan dan sealim kamu ternyata benar-benar 'sakit'. Sakit jiwa, sakit mental, sakit otak.

Aku diam. Aku tak akan banyak berkomentar soal 'cinta' versimu. Cinta yang ternyata cuma lima huruf penentu kalah dan menang. Cinta yang ternyata hanyalah tentang siapa yang menangis dan tersakiti di akhir cerita. Aku tahu aku kalah, aku mengalah kepada 'cinta' versimu yang entah mengapa terasa begitu mengerikan. Aku selalu bergidik ngeri jika mengingat-ingat bahwa ternyata sosok yang pernah menyandarkan aku ke bahunya, sosok yang pernah menggenggam jemariku erat-erat, sosok yang pernah menjadi keseharianku selama ini adalah sosok yang sama dengan penghianat yang sedang kuperangi sekarang.
Aku tercekat. Wanita mana yang tak tersakiti jika pria dambaannya selama ini ternyata hanyalah seorang bajingan busuk pengobral cinta? Wanita mana yang takkan terluka jika pendampingnya selama ini ternyata juga membagi cintanya pada entah berapa banyak wanita? Aku tertusuk tepat di hatiku, berdarah dan nyaris sesak napas. Aku terpatung memandangi senyuman jahatmu. Kamu yang kemudian malah asyik tertawa, mengumpat dan mencaci maki kemahatololanku. Aku sesenggukan menangis, sementara kamu sibuk melucu, membuat lelucon dan menjadikanku bahan tertawaan. Selucu itukah rasa sakitku?
Aku salut luar biasa! Aku sama sekali tak menduga bahwa sosok yang pernah kusayangi, sosok yang pernah kupedulikan, ternyata akan berubah menjadi menakutkan dan semenyeramkan ini. Aku tersakiti luar biasa! Aku benar-benar dilukai dalam-dalam oleh kata-kata manis yang sekarang dihempaskannya dengan tanpa perasaan. Aku bisa apa? Kamu boleh tertawa sepuasmu, Sayang! Silakan hina aku jika itu membuat 'penyakitmu' sembuh, aku tidak akan menyangkal sedikitpun soal kisah ini.
Pergilah, Sayang! Pergilah dan jangan pernah kembali. Tolong jangan berbesar hati saat melihat tulisanku yang banyak bercerita tentangmu. Aku hanya berusaha bersikap baik. Aku hanya berusaha menghargaimu sebagai kenangan, sebagai masa lalu yang takkan pernah terlupakan. Pergilah. Tolong jangan harap aku akan menerimamu di masa depan karena sekali saja merasakan bagaimana dicintai penghianat itu... percayalah kamu tidak akan mau mencicipinya lagi :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar