Namanya memang masih selalu kumisteriuskan, julukannya Sinar Alfaku– mantan gebetanku yang sangat mahir memetik gitar. Penggemar bulutangkis dan penyuka rubik yang tak bisa hidup tanpa musik. Iya, mantan memang sosok yang paling jago bikin kenangan. Tapi dari semua pemberiannya, memang 'tinta cina' lah yang termanis. Kenapa? Tentu saja karena kenangannya.
25 februari 2013. Malam beranjak gelap. Jam dihandphoneku mulai menunjukkan pukul delapan lewat empat menit saat aku masih kebingungan mencari peralatan untuk tugas seni rupaku besok.
From : Sinar Alfa
Udah ketemu belom de? Biasanya di fotokopian ada kok.
Aku melengos. Fotokopian mana lagi? Aku sudah mencarinya kemana-mana dan tetap saja hasilnya nihil. Nol besar.
To : Sinar Alfa
gak ketemu kak, di gramed juga gak ada. Ini baru mau nyari lagi
Aku menekan tombol kirim. Sepersekian detik kemudian, handphoneku bergetar.
From : Sinar Alfa
Eh hati-hati ya keluar malem :) atau mau kakak beliin aja?
Eh hati-hati ya keluar malem :) atau mau kakak beliin aja?
Dahiku mengeryit. Aku tersenyum tipis mendapati perhatian kecil yang terselip dalam pesan singkatnya itu.
To : Sinar Alfa
gausah lah kak, ngerepotin banget. Ini juga udah mau keluar kok
Pesan terkirim. Handphoneku bergetar lagi.
From : Sinar Alfa
Udah gausah keluar de, biar kakak yg cari daripada kamu harus keluar malem :)
Aku tercekat setengah tak percaya. Nyaris terbuai oleh sebaris kata-kata sederhana yang entah mengapa terasa begitu manis.
Keesokan paginya, dia menemuiku dengan malu-malu di sudut koridor sekolah yang takkan pernah aku lupakan kenangannya. Selasa, 26 Februari 2013. Bel pergantian jam pelajaran kedua sekitar pukul delapan lewat sepuluh pagi.
From : Sinar Alfa
Tunggu di meja piket lantai dua aja yah ;)
From : Sinar Alfa
Tunggu di meja piket lantai dua aja yah ;)
Aku membaca pesan singkatnya dengan perlahan, buru-buru aku bergegas menuruni tangga dari kelasku yang berada dilantai tiga. Begitu sampai ditempat yang dimaksud, sosok itu sudah terlebih dahulu ada disana.
"Nih, dipake yah." Dia menyerahkan sebotol kecil tinta dengan senyuman manis yang menawan.
"Makasih yah kak, maaf nyusahin terus!" Aku sedikit berteriak pada sosoknya yang sudah terlebih dahulu berlalu dengan wajah bersemu kemerahan yang menggemaskan.
Pagi itu, tugas seni rupaku selesai dengan sempurna. Dengan bantuan mantan gebetanku yang sama sekali tak pernah puas meledekku pesek. Sudahkah kamu memperhatikan ini, Sinar Alfaku?
Optical art. Tipuan mata. Tugas seni rupaku yang 'dulu' kamu bantu selesaikan. Iya, dulu– di saat semua terasa begitu indah. Bersamamu. Kini... semua terlihat begitu manis dalam balutan kenangan. Dalam keabadian setiap detail memori masa lalu kita, di dalam sekotak kardus :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar