Apa yang kutulis ini sepertinya lagi-lagi akan berakhir di draft, menanti-nanti plot twist baru yang kuyakini tak akan datang dalam waktu dekat. Sudah delapan tahun, dan segelintir kisah yang kutulis tentangmu rasanya semakin tak bermutu.
***
I hate to admit it
But my hands are shaking
Barely breathin'
Heart is racin'
Looks like feelings don't always change their minds
But my hands are shaking
Barely breathin'
Heart is racin'
Looks like feelings don't always change their minds
(The First Time, Kelsea Ballerini)
***
Aku yakin tanganku gemetar, napasku memendek dan jantungku ugal-ugalan berdetak semaunya. Sebaik mungkin kujabat tanganmu dengan mantap, tak boleh ada kesan lembek yang tersirat; tak peduli betapa jumpalitannya jantungku di dalam sana.
Huh.
Kamu melenggang pergi, dan harapanku rontok beterbangan. Agaknya kali ini tak akan ada kisah yang bisa kuceritakan. Tak ada. Sebelum batinku mencelus melihat kamu lagi-lagi berdampingan dengan wanita itu, beriringan kesana-kemari, bercakap-cakap lalu tertawa. Kamu tak tahu, kan, betapa panasnya hatiku melihat tatapan memuja yang terpancar darimu untuknya? Kamu sepertinya sangat tergila-gila padanya, memikirkannya setiap detik, setiap saat, hingga isi kepalamu tak jauh-jauh dari memori tentangnya, hingga namanya selalu terngiang di telingamu... hingga kamu berulang kali memanggil aku dengan namanya.
Ya, Tuhan... kurang dalamkah luka yang kamu torehkan tanpa sengaja? Tidak cukupkah aku mengelus dada setiap melihatmu dengannya? Kukubur rasa maluku untuk diriku sendiri, kupendam perih yang merebak setiap kamu mengulanginya lagi dan lagi. Jika mengingat pertemuan kita tempo hari, bohong rasanya jika kamu masih tak menyadarinya. Aku percaya bahwa kamu tahu. Kamu sengaja menghantam aku mundur, memasang papan peringatan besar-besar dan berusaha mengusirku secara halus. Aku mendecak frustasi, entah untuk kali keberapa. Sewindu sia-sia untuk kisah yang ujungnya itu-itu saja...
Dari aku,
Yang mulai lelah mengagumimu
dalam diam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar